Home » Apa yang Sebenarnya Mengangkat Amerika dari Depresi Besar?

Apa yang Sebenarnya Mengangkat Amerika dari Depresi Besar?

by Bella Sungkawa

Depresi Besar atau The Great Depression, yang berlangsung dari tahun 1929 hingga akhir 1930-an, merupakan krisis ekonomi terparah yang pernah dialami Amerika Serikat dan dunia pada abad ke-20. Penurunan pasar saham pada 29 Oktober 1929, yang dikenal sebagai Black Tuesday, adalah simbol awal dari depresi ekonomi yang menghancurkan sektor keuangan global. Namun, Depresi Besar bukan hanya tentang keruntuhan pasar saham; dampaknya jauh lebih luas, mencakup meningkatnya pengangguran, kemiskinan massal, dan keruntuhan kepercayaan masyarakat terhadap sistem ekonomi kapitalis.

Banyak yang bertanya, apa yang sebenarnya mengakhiri Depresi Besar? Jawabannya tidaklah sesederhana itu. Beberapa berpendapat bahwa kebijakan ekonomi dari New Deal yang diprakarsai oleh Franklin D. Roosevelt memainkan peran kunci, sementara yang lain percaya bahwa keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II menjadi faktor utama yang memulihkan perekonomian negara. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi faktor-faktor utama yang mengangkat Amerika dari Depresi Besar dan bagaimana perubahan kebijakan ekonomi serta peristiwa global berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi negara.

Latar Belakang Depresi Besar

Sebelum membahas pemulihan ekonomi Amerika dari Depresi Besar, penting untuk memahami konteks ekonomi dan sosial yang menyebabkan krisis ini. Pada 1920-an, Amerika Serikat menikmati pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dalam periode yang dikenal sebagai Roaring Twenties. Produksi industri meningkat pesat, pasar saham berkembang, dan kepercayaan terhadap pertumbuhan ekonomi tampak tak terbatas. Namun, di balik kesuksesan tersebut, terdapat ketidakseimbangan serius dalam sistem ekonomi.

  1. Spekulasi Berlebihan di Pasar Saham: Banyak investor terlibat dalam spekulasi yang berisiko tinggi, membeli saham dengan pinjaman atau “margin”. Ketika harga saham mulai jatuh, para investor tidak bisa membayar kembali pinjaman mereka, yang menyebabkan kepanikan massal dan penjualan saham secara besar-besaran.
  2. Ketidaksetaraan Ekonomi: Meski ekonomi berkembang, sebagian besar kekayaan terakumulasi di tangan segelintir orang kaya. Kelas pekerja dan petani tidak merasakan dampak positif yang sama, yang pada gilirannya menciptakan permintaan yang lemah terhadap barang-barang konsumen.
  3. Keruntuhan Sistem Perbankan: Bank-bank kecil dan menengah mulai runtuh karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi penarikan uang secara besar-besaran oleh nasabah yang panik. Banyak bank tidak memiliki cadangan uang yang cukup, yang menyebabkan gelombang kebangkrutan di seluruh negeri.
  4. Perlambatan Perdagangan Global: Depresi global juga diperburuk oleh kebijakan perdagangan proteksionis, termasuk tarif Smoot-Hawley yang dikenakan oleh AS, yang memicu perang dagang dan menurunkan volume perdagangan internasional.

Semua faktor ini berkombinasi untuk menciptakan resesi ekonomi yang parah. Pada puncak Depresi Besar, sekitar 25% tenaga kerja Amerika Serikat menganggur, jutaan orang kehilangan rumah dan tabungan mereka, dan banyak bisnis besar maupun kecil gulung tikar.

Peran New Deal dalam Pemulihan Ekonomi

Franklin D. Roosevelt terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 1932, di tengah krisis ekonomi yang menghancurkan. Saat menjabat, ia segera memperkenalkan serangkaian kebijakan ekonomi dan reformasi sosial yang dikenal sebagai New Deal. Tujuan utama dari New Deal adalah untuk menstabilkan perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan memulihkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem keuangan.

1. Program Pemulihan Ekonomi

New Deal terdiri dari serangkaian program yang bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan membangun infrastruktur yang diperlukan untuk memperbaiki perekonomian. Beberapa program utama yang diluncurkan Roosevelt termasuk:

  • Civilian Conservation Corps (CCC): Program ini mempekerjakan ribuan pemuda untuk bekerja dalam proyek-proyek konservasi lingkungan, seperti penanaman pohon, pengelolaan taman nasional, dan pemeliharaan jalan.
  • Public Works Administration (PWA) dan Works Progress Administration (WPA): Kedua program ini berfokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk jembatan, bendungan, sekolah, dan gedung-gedung publik lainnya. Melalui proyek-proyek ini, pemerintah menciptakan jutaan pekerjaan bagi mereka yang menganggur.

2. Reformasi Keuangan

Roosevelt juga melakukan reformasi besar-besaran dalam sistem perbankan dan keuangan untuk mencegah terulangnya krisis. Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) didirikan untuk melindungi tabungan nasabah di bank-bank, yang membantu memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Selain itu, Securities and Exchange Commission (SEC) dibentuk untuk mengawasi pasar saham dan mencegah spekulasi berlebihan yang menjadi salah satu penyebab Depresi Besar.

3. Regulasi Industri dan Pertanian

New Deal juga mencoba memperbaiki sektor-sektor ekonomi yang paling terpukul, termasuk industri dan pertanian. National Industrial Recovery Act (NIRA) diperkenalkan untuk mengatur harga barang dan upah pekerja guna mencegah persaingan yang merusak di industri. Di sisi lain, Agricultural Adjustment Act (AAA) bertujuan untuk menstabilkan harga hasil pertanian dengan mengurangi produksi secara terencana, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

4. Perlindungan Sosial

Salah satu pencapaian terbesar dari New Deal adalah diperkenalkannya Social Security Act pada tahun 1935. Program ini memberikan jaminan sosial bagi para pensiunan, penyandang disabilitas, dan penganggur. Hal ini tidak hanya memberikan bantuan langsung kepada mereka yang membutuhkan, tetapi juga menciptakan sistem jaminan sosial yang bertahan hingga hari ini.

New Deal, meskipun membawa banyak perbaikan dalam hal stabilisasi ekonomi, tidak sepenuhnya mengakhiri Depresi Besar. Pada akhir 1930-an, tingkat pengangguran masih tetap tinggi, meskipun lebih rendah dari puncaknya pada awal dekade. Selain itu, meskipun New Deal berhasil menciptakan lapangan kerja, sebagian besar pekerjaan tersebut dibiayai oleh pemerintah, bukan oleh sektor swasta, yang menunjukkan bahwa ekonomi belum sepenuhnya pulih.

Perang Dunia II: Faktor Utama dalam Pemulihan Ekonomi

Banyak sejarawan dan ekonom berpendapat bahwa keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II (1941–1945) adalah faktor kunci yang benar-benar mengangkat negara dari Depresi Besar. Ketika AS memasuki perang, kebutuhan untuk memproduksi persenjataan, kendaraan militer, dan perlengkapan perang lainnya melonjak, yang menyebabkan ekspansi besar-besaran dalam industri manufaktur dan menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.

1. Mobilisasi Industri

Industri manufaktur Amerika Serikat beralih sepenuhnya ke produksi militer selama perang. Pabrik-pabrik mobil di Detroit, misalnya, berhenti memproduksi mobil untuk konsumen sipil dan beralih memproduksi tank, pesawat tempur, dan truk militer. Perubahan ini menciptakan jutaan pekerjaan, baik di industri manufaktur maupun di sektor-sektor terkait seperti transportasi dan logistik.

2. Lapangan Kerja dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Selama Perang Dunia II, pengangguran hampir sepenuhnya menghilang karena permintaan untuk tenaga kerja melonjak. Jutaan pria Amerika bergabung dengan angkatan bersenjata, sementara wanita mulai bekerja di pabrik-pabrik dan kantor-kantor untuk mendukung upaya perang. Wanita memainkan peran penting dalam tenaga kerja selama periode ini, dan masuknya mereka ke dalam angkatan kerja membawa perubahan sosial yang signifikan.

3. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah untuk perang mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan ini memiliki efek merangsang ekonomi yang sangat besar. Dengan menyalurkan dana besar-besaran ke sektor militer dan menciptakan lapangan kerja baru, pemerintah secara efektif mengakhiri stagnasi ekonomi yang telah berlangsung selama satu dekade. Defisit anggaran yang dikeluarkan untuk membiayai perang mungkin besar, tetapi efeknya pada perekonomian adalah pemulihan penuh dari Depresi Besar.

Gambar: Pekerja Manufaktur Amerika Selama Perang Dunia II

Setelah Perang: Kemakmuran Pasca-Perang

Setelah Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945, Amerika Serikat memasuki periode kemakmuran yang luar biasa, yang sering disebut sebagai Golden Age of Capitalism. Veteran yang kembali dari perang membawa serta bonus dan manfaat dari G.I. Bill, yang membantu mereka membeli rumah dan mengakses pendidikan. Permintaan untuk barang-barang konsumsi seperti mobil, peralatan rumah tangga, dan elektronik meningkat tajam, mendorong ledakan ekonomi pada dekade-dekade berikutnya.

Industri yang tumbuh selama perang beralih kembali ke produksi sipil, tetapi kali ini dengan efisiensi dan teknologi yang lebih maju. Selain itu, perdagangan internasional kembali pulih dengan cepat, dan Amerika Serikat menjadi pemain utama dalam ekonomi global, mengekspor barang dan jasa ke seluruh dunia.

Kesimpulan

Penyelesaian Depresi Besar di Amerika Serikat tidak dapat disederhanakan menjadi satu faktor tunggal. New Deal memainkan peran penting dalam menstabilkan perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan membangun infrastruktur yang mendukung pertumbuhan jangka panjang. Namun, keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II sering dianggap sebagai katalisator utama yang benar-benar mengakhiri depresi dengan menciptakan mobilisasi industri yang masif dan meningkatkan permintaan tenaga kerja.

Setelah perang, ekonomi Amerika tidak hanya pulih, tetapi juga berkembang dengan cepat, memasuki era kemakmuran yang dikenal sebagai Golden Age of Capitalism. Kombinasi kebijakan ekonomi, inovasi industri, dan perubahan sosial membantu mengangkat Amerika Serikat dari keterpurukan ekonomi dan menjadikannya kekuatan ekonomi global yang dominan.

Referensi:

  • Kennedy, D. Freedom From Fear: The American People in Depression and War, 1929–1945. Oxford University Press, 1999.
  • McElvaine, R. S. The Great Depression: America, 1929–1941. Times Books, 1984.
  • “The New Deal and the Role of Government.” The National Archives, 2020.
  • Matusow, A. J. The Unraveling of America: A History of Liberalism in the 1960s. Harper & Row, 1984.

Related Articles

Leave a Comment